Tampilkan postingan dengan label sleman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sleman. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Februari 2011

Monumen Kwayuhan

Deskripsi : tugu berbentuk tembok dengan relief kegiatan selama pendidikan di sekolah polisi.
Sejarah :

Merupakan sekolah Polisi yang pertama yang berdiri pada masa pendudukan Belanda. Pada awalnya sekolah ini menempati rumah-rumah penduduk, didirikah oleh Bapak R. Moh. Zein Suryopranoto di dusun Kwayuhan, Sendangmulyo, Minggir.
Pada perkembangan selanjutnya, ketika rumah-rumah penduduk tersebut dikembalikan kepada penduduk, untuk selanjutnya dibuatkan bangunan yang berbentuk aula untuk mengenang adanya sekolah polisi tersebut, yang sekarang dipergunakan sebagai balai desa di desa Sendangagung, Minggir.
Sementara itu pertempuran antara tentara Belanda dan laskar rakyat terjadi di dusun Nanggulan.

Alamat : dusun Kwayuhan, Sendangagung, Minggir

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Palbapang


Deskripsi : berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/ batur persegi empat. Tertulis nama korban pertempuran.
Sejarah :
Pada waktu Class II tahun 1949, tentara Belanda menduduki kota Yogyakarta, sehingga pasukan–pasukan tentara RI menyingkir keluar kota. Satu batalyon tentara yang menyingkir/ lari dari kota Yogyakarta bermarkas di dukuh Tempel, Desa Lumbungrejo tepatnya di Balai desa Lumbungrejo. Baru sekitar tiga hari di desa Lumbungrejo mereka mengirimkan dua tentara penghubung ke kota untuk mencari informasi situasi. Tetapi dua tentara penghubung tertangkap Belanda di daerah Palbapang, keduanya dibunuh dengan dipenggal kepalanya oleh Belanda. Sehingga pejuang yang bermarkas di desa Lumbungrejo kehilangan kontak/informasi tentang keberadaan tentara Belanda. Kemudian desa Lumbungrejo diserbu tentara Belanda dari arah kota secara mendadak dan terjadi kekacauan karena kehilangan penghubung, pasukan pejuang kita bergerak mundur ke arah Selatan (arah Godean) tetapi ada 8 orang yang tertinggal di utara jalan raya di perempatan Palbapang dan bersembunyi di parit bawah jalan raya. Pada saat itu ada kuda yang terjebak didepan konvoi tentara Belanda. Karena menghalangi jalannya konvoi maka kuda ditembak oleh Belanda dan bangkainya diseret ke pinggir/parit, sehingga pejuang yang sedang bersembunyi di selokan/parit bawah jalan ketahuan Belanda dan gugur ditembak. Penduduk sekitar tidak berani merawat mayat karena Belanda bermarkas di sebelah timur jembatan Krasak. Kurang lebih selama 3 bulan mayat pejuang yang tidak dirawat tersebut hilang terbawa air parit/selokan (air hujan). Identitas ke delapan pejuang yang gugur tidak diketahui pasti, sehingga pada saat pendirian monumen nama yang tercantum dalam monumen bukan nama yang sebenarnya gugur di Palbapang.
Nama-nama yang gugur yang tertera di monumen :
1. Komari
2. Radimin
3. Abu Darto
4. Kasimin
5. Dulhadi

Alamat : Dusun Palbapang Tempel, Lumbungrejo, Tempel, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Perjuangan Mlati

Deskripsi : berbentuk tugu segiempat. Berdiri di atas batur setinggi 1 meter. Dasar tugu beralas tingkat tiga. Bagian depan terdapat relief bergambar obor yang menyala, topi baja, bambu runcing dan senapan bersilang, rangkaian padi dan kapas, bintang emas pada puncak di tengah-tengah dan dibingkai rangkaian rantai yang tidak putus. Di bawah relief terdapat tulisan yang menyebutkan peristiwa dan daftar pejuang yang gugur.
Sejarah:
Pada hari Sabtu Legi Bulan Februari 1949 Pos-pos Belanda di daerah Jombor, Mlati, Cebongan sampai Jumeneng dihancurkan oleh Pejuang Republik Indonesia. Karena Belanda merasa kesal oleh ulah pejuang tersebut maka bermaksud membersihkan kawasan Mlati Dukuh, Tegal Mraen sampai wilayah Kronggahan. Namun pejuang RI yang dibantu oleh pemuda-pemuda Mlati yang sudah militan karena dilatih oleh kadet Militer Akademi dari Kota Baru yang bernama Kadet Minggo berusaha mengadakan perlawanan dengan cara penyergapan secara tiba-tiba. Karena kalah senjata maka sebanyak 14 pejuang gugur bahkan penduduk ynag dicurigai langsung ditembak dan ada yang dibayonet. Misalnya Bpk Sastro Sardjono dibayonet perutnya namun masih hidup. Sedangkan Sdr Bagong gugur. Kemarahan Belanda juga dipicu adanya jembatan-jembatan di kawasan Kronggahan dan sekitarnya yang dihancurkan pejuang RI. Untuk itu jembatan-jembatan selalu dijaga ketat oleh serdadu Belanda. Untuk mengurangi tekanan dari gerilyawan maka daerah Mlati, Kronggahan, Cebongan sampai Jumeneng dihancurkan. Salah satu korban yang gugur adalah Sersan Yusuf dari Batalyon 151.
Nama-nama korban yang gugur:
Di Cebongan Gugur Sersan Yusuf.
Di daerah Mlati 14 pasukan yaitu:
1. Wignyo Warsito
2. Joyo Iyun
3. Setridirjo
4. Wongsoarjo
5. Karsodimejo
6. Bagong
7. Somoirono
8. Mangunkaryo
9. Manguntaruno
10. Barimah
11. Wongsodirjo
12. Kartowiguno
13. Kartodikromo
14. Tubin.

Alamat : Mlati Jati, Sendangadi, Mlati, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Perjuangan Prambanan

Sejarah :
Perlawanan dengan Belanda dipimpin oleh Sudjono dari Batalyon IV Brigadir X Infantri yang ditugasi membuyarkan konsentrasi Belanda di Wilayah Timur. Pasukan ini berhasil mengganggu konsentrasi Belanda yang akan menyerang Ibu Kota RI Yogyakarta. Karena mereka berbaur dengan rakyat, Belanda mengalami kesulitan melacak. Di wilayah ini banyak didirikan lumbung-lumbung padi dan ada gudang Gula Tanjungtirto yang digunakan sebagai markas, sehingga suplay makanan dari rakyat sangat mendukung dalam gerilya. Semangat gerilya pasukan RI pantang menyerah terbukti dengan bisa menghancurkan 1 panser Wagen yang berpatroli di wilayah ini. Karena tidak bisa dipatahkan oleh Belanda maka daerah ini dibumihanguskan. Namun yang menjadi korban malah rakyat sebanyak 25 orang. Untuk menghalangi jalan Belanda, sepanjang jalan Parmbanan-Piyungan dipasang rintangan dan trek bom.

Alamat : Potrojayan Madurejo Prambanan

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Pertempuran Serut


Deskripsi : Batu prasasti

Sejarah : Pada awal bulan Juni 1949, di dekat dusun Serut Prambanan tentara Pelajar Kemerdekaan Batalyon 151, Brigade 10 Divisi III Diponegoro, serta regu tentara gerilya Brigade 17 TNI kompi 4 melakukan serangan terhadap kompeni Belanda yang menuju Wonosari.

Monumen ini diresmikan oleh gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada hari Sabtu, 2 Oktober 2004.

Alamat : Serut, Madurejo, Prambanan

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Kanigoro

Deskripsi : tugu berbentuk segilima dengan relirf bintang ditengah padi dan kapas. Pada puncak segilima tertancap tiang (tiang bendera ?). Tugu ini beralaskan segi empat berundak. Tugu ini terletak ditengah semak belukar di atas bukit Kanigoro, dalam keadaan tidak terawat.
Sejarah : Penyerbuan pasukan Belanda di gunung Kanigoro, Ambarketawang, Gamping oleh gerilyawan, tetapi karena faktor kondisi fisik yang sudah lemah dan peralatan yang kurang memadai, maka pasukan laskar rakyat ini mengalami kekalahan. Pertempuran ini juga meluas ke Watulangkah yang merupakan tempat dapur umum untuk memberi makanan pasukan kita. Dalam pertempuran tersebut yang gugur ditempat ini sebanyak 41 orang pejuang dan dtelah dibangun monumen untuk memperingatinya. Di Watulangkah selain didirikan dapur umum, juga sebagai tempat mengadili apabila ada mata-mata lengkap.

Pelaku yang masih hidup : Bapak Caroko Pawoko (Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa Ambarketawang)

Alamat : dusun Kanigoro, Ambarketawang, Gamping

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Kesehatan


Tugu berukuran kurang lebih 0,5 meter.
Sejarah:
Pada waktu klass Belanda ke II tahun 1949 lumbung padi milik Bpk Noto Sukardjo dijadikan Rumah sakit darurat/ gerilya. Rumah sakit ini digunakan untuk menampung gerilyawan Indonesia yang menjadi korban pertempuran dengan Belanda. Tenaga medis yang pernah bertugas antara lain : Dr. Ely Zakir, Suster Popy/ Istri Bpk. Sastroamijoyo.

Alamat : Tanjung, Donoharjo, Ngaglik

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Geneng


Deskripsi : Berbentuk Tugu yang dibagi menjadi tiga sisi, sisi bagian tengah dengan relief situasi pertempuran, sisi kanan dan kiri berisi tulisan puisi tentang perjuangan.
Sejarah :
Monumen perjuangan di dusun Sentul, Geneng, Sidoagung, Godean, Sleman, merupakan monumen bahwa telah terjadi pertempuran antara pasukan gerilya melawan tentara Belanda pada tanggal 6 Mei 1949 dengan komandan kompi Bapak Kapten Widodo (Jono). Dusun Sentul diserang dengan mortir oleh tentara Belanda dari Cebongan, tepatnya di sebelah barat kantor Kecamatan Mlati sekarang. Pada saat itu hari Jum’at Legi, pasar Godean baru hari pasaran, sehingga suasana pasar sangat ramai dan akibat serangan mortir jatuh banyak kurban luka-luka dan tewas. Latar belakang diserangnya Godean karena adanya pasukan gerilya yang bermarkas di dusun-dusun sekitar pasar Godean antara lain : Dusun Sentul Geneng, dusun Godean IV, dan dusun Senuko.
Pada pagi harinya Belanda menyerang dengan mortir, kemudian mendatangi pasar Godean untuk mengecek dan menyisir hasil serangannya. Pasukan TNI RI dan rakyat (Kompi Kesatuan 151) kemudian menghadang pasukan Belanda di dusun Senuko dan Sentul Geneng, sehingga terjadi pertempuran sengit. Penduduk dan pasukan yang gugur antara lain :
1. Ahmad Zaini dari TNI AD
2. Sukirdjo penduduk sipil
3. Jae Sumantoro dari TNI AU
4. Sukirdjan penduduk sipil
5. Amir Patinama dari Brimob
6. Goploh dari Laskar Rakyat
Di Dusun Godean IV, rumah-rumah yang menjadi dapur umum antara lain :
1. Rumah Bapak Karyotomo (almarhum) di Godean IV, Sidoagung, Godean.
2. Rumah bapak Joyo Sudarmo di Jetis, Sidoagung, Godean.

Alamat : dusun Sentul Geneng, Sidoagung, Godean, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Pojok


Deskripsi : Tugu segiempat dengan relief berbentuk senapan bersilang dengan bambu runcing, ditengah terdapat topi baja dengan bintang di atasnya. Berdiri di atas batur berundak. Kondisinya tidak terawat.
Sejarah :

Memperingati kejadian pada tanggal 2 April 1949.

Terjadi pertempuran antara pasukan rakyat dengan pasukan Belanda di desa Kebonagung, tepatnya di dusun Pojok. Peristiwa pertempuran ini terjadi berawal dari diketahuinya markas kesatuan Tentara Pelajar oleh pasukan Belanda yang berada di desa Sendangarum, Minggir. Akhirnya tentara rakyat mundur ke arah barat menuju Sendangagung dan bergabung dengan Laskar Rakyat dan Tentara Nasional Indonesia.

Kemudian dengan bergabungnya kekuatan Tentara Pelajar dengan TNI dalam menghadapi Belanda, terjadi pertempuran kembali di wilayah Sendangagung yang berpusat di Kebonagung.
Pelaku yang masih hidup:
1. Harjosumarto
2. Suhadi
3. Siswosumarto

Alamat : Pojok, Kebonagung, Sendangagung, Minggir

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Plataran


Deskripsi : Berbentuk patung Kadet/ taruna berdiri di atas batur yang berisi nama-nama pahlawan yang gugur, dengan latar belakang tugu dan patung burung garuda di atasnya.
Sejarah : Pertempuran terjadi pada hari Kamis Pon di Karanglo, Sambiroto dan Bulusawit, Belanda menggempur tentara republik. Saudara Abdul Jalil gugur dan membawa dokumen markas-markas yang ditempati tentara Wehrkreise. Kemudian Belanda menyisir markas Tentara Republik, menyerang di Bogem. Tentara Republik mundur ke utara, sampai di Plataran terjadi pertempuran yang mengakibatkan 9 orang gugur. Saudara Kusen kepalanya dipenggal oleh Belanda dikira Komaruddin. Plataran merupakan markas Wehrkreise III yang dipimpin oleh Kolonel Jatikusumo. Kurban penduduk banyak berjatuhan di dusun Jetak dan Kringinan. Kemudian didirikan Monumen di dusun Plataran oleh mantan AMN yang pernah bermarkas di sekitar Plataran dan diresmikan pada tanggal 11 November 1977. Monumen didirikan di atas tanah seluas kurang lebih 2.500 m2 berbentuk tugu dan patung pahlawan.
Korban yang gugur :
1. Serma Kadet E. Mustofa
2. Serma Kadet Sudarto
3. Fanderik Kadet Sugiarto
4. Fanderik Kadet Hardo S.
5. Fanderik Kadet Muh Lili. R.
6. TP Letda Kandau
7. Fanderik Kadet Muh Abdullili Rahli
8. Fanderik Kadet Husaen
9. Fanderik Kadet Sunarto
10. Fanderik Kadet Suharsono
11. Letda RM Utoyo Notodiharjo
12. Letda Sukoco
13. Fanderik Kadet Soesanto
14. Fanderik Kadet Subiyakto
15. TP Narwanto
16. Fanderik Kadet Sudibya
17. Letda Kusno Danudjo
18. Fanderik Kadet Tarjono
19. Letda Suroto
20. Letda Prayitno
21. Letda Suseno Utoro
22. Letda Susbanderisman

Alamat : Dusun Plataran, Selomartani, Kalasan, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Jambon

Deskripsi: berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/ batur persegi empat. Nama-nama korban pertempuran tercantum di monumen.
Sejarah: Pada tanggal 13 Januari 1949 di Dusun Morangan, Sindumartani, Ngemplak, dengan dipimpin Sudiro dan Munawar para pejuang mengadakan penyerangan ke pos-pos Belanda di Gondang Legi Desa Donoharjo, Ngaglik. Penyerangan tersebut sangat merugikan Belanda baik secara materiil maupun moril yang tidak sedikit. Sehingga Belanda sangat marah. Kemudian dengan dibantu serangan dari udara, Belanda berhasil memukul mundur para pejuang Republik Indonesia yang mengakibatkan gugurnya 7 orang yaitu:
1. KH. Muh Muhdi
2. Zuber
3. Dakiri
4. Dulkahar
5. Bakrun
6. Nawardi
7. Jawabi

Alamat : Monumen Jambon terletak di dusun Jambon, Sindumartani, Ngemplak

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Kembangarum

Deskripsi Monumen :
1. Berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/batur persegi empat. Tertulis nama beberapa korban pertempuran.
2. Prasasti Kembangarum, dari batu andesit, berbentuk persegi panjang, posisi berdiri. Berisi tulisan bentuk puisi tentang perjuangan .
Sejarah :
Monumen ini memperingati terjadinya peristiwa pertempuran di dusun Kembangarum oleh Belanda yang menggempur dusun Kembangarum dari arah Medari dan Turi dengan mortir, tepatnya dari SMPN Turi yang pada waktu itu digunakan sebagai markas Belanda. Peristiwa ini terjadi tanggal 4 Januari 1949, hari Selasa Pahing. Kompi Batalyon 151 yang dipimpin Kapten FX. Haryadi dan KODM Turi menghadang pleton serdadu Belanda yang datang dari Medari, di utara dusun Kembangarum. Kemudian pasukan Belanda kewalahan, mundur ke selatan dan mendapat bantuan kemudian membalas serangan dengan mortir dari arah Medari dan Turi. Kompi 151 dan Kapt Haryadi lari ke arah dusun Tunggul dan gugur. Penduduk yang menjadi korban dan gugur di Kembangarum :
1. Sukitri
2. Pawiro Karyo
Rumah Bapak Wongsopawiro di dusun Randusongo, Donokerto, Turi pada waktu klass ke II digunakan sebagai markas Tentara Pelajar Detasement III Brigade XVII. Tentara Pelajar yang bermarkas di rumah ini a.l Bapak Martono ( mantan Menteri transmigrasi ) dan Bapak Kusdiyo.
Pada tanggal 21 Maret 1949 laskar Tentara Pelajar antara lain Bapak Martono, Bapak Kusdiyo dan kawan-kawan mendapat tugas menyerang ke kota. Kemudian terjadi pertempuran di dusun Gondanglutung, tentara TP terkepung dan dalam posisi terjepit, sehingga Bapak Kusdiyo gugur, sedang Bapak Martono terluka di bagian kepala. Bapak Kusdiyo dimakamkan di dusun Randusongo, Donokerto, Turi. Kemudian pada tanggal 18 Desember 1979 ( hari Selasa Pahing ) makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Jogjakarta.

Alamat : Dusun Randusongo, Donokerto, Turi, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Kepanjen

Deskripsi :

Berupa bangunan tugu dari batu bata yang diplester, bentuk piramid pada puncaknya dengan batur setinggi 1 meter, pada bagian kaki batur terdapat prasasti pendirian dengan stempel Kraton Jogjakarta dan prasasti huruf Djawa, berbunyi Pengetan Jumeneng Ndalem.
Monumen Kepanjen ( Tugu ) didirikan dua buah :
1. di sudut barat daya pasar Godean sekarang, atau tepatnya di perempatan pasar Godean.
2. di sebelah utara pasar Godean, tepatnya di halaman depan kantor Telkom sekarang.
Monumen ini didirikan oleh Kraton Jogjakarta pada tanggal 17 Agustus 1936 sebagai tetenger Jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono Kaping VIII. Menurut nara sumber, tempat berdirinya monumen di sebelah utara pasar Godean, dahulu merupakan Dalem/ rumah Panji (Kepanjen) yaitu Panji Notoasmoro, Panji Notosugriwo dan Panji Notosubali.

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Klaci

Deskripsi : merupakan lapangan sepak bola dengan patung pejuang pada tembok depan bagian atas.
Sejarah : Pada saat klass II tahun 1948-1949 Tentara Genie Pelajar (TGP) bermarkas di dusun Klaci II Margodadi Seyegan. Sebagai ungkapan terima kasih setelah masa kemerdekaan mantan anggota TGP yang telah menjabat di pemerintahan membangun Monumen TGP, yang berbentuk stadion dengan patung pejuang yang terbuat dari perunggu untuk menggambarkan tokoh pejuang yang pernah bermarkas di dusun Klaci. Monumen diresmikan pada tanggal 17 Oktober 1982.

Alamat : Klaci, Margodadi, Seyegan

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Kurahan

Deskripsi :
berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/ batur persegi empat. Tertulis nama korban pertempuran.
Sejarah :
Dusun Karangberan, Margodadi, Seyegan, Sleman pada waktu klass ke II dijadikan markas gerilya Tentara Pelajar yang dipimpin oleh Kapten Martono dan Slamet Wibowo. Tepatnya di rumah Bapak Pawirodiharjo di Kandangan, Margodadi, Seyegan. Karena keberadaan markas ini, Belanda menyerang mendadak dan pihak Tentara Pelajar dan rakyat banyak jatuh korban. Rakyat ikut bertempur membantu Tentara Pelajar dan gerilyawan dengan menggunakan senjata tradisional. Kemudian didirikan monumen di dusun Kurahan, tepatnya didepan SD Kandangan II. Dari Tentara Geni Pelajar gugur sepuluh orang yaitu :
1. Kopral Jemu (TNI)
2. Kopral Giyoto (TNI)
3. Kopral Basrin (TNI)
4. Sersan Suwardi (TNI)
5. Pratu Wagimin (TNI)
6. Suwardo (Pasukan Polisi)
7. Sukro (Laskar Rakyat)
8. Sumarjo (Laskar Rakyat)
9. Ngadimin (Laskar Rakyat)
10. Ali Dimejo (Laskar Rakyat)

Alamat : Desa Margodadi, Seyegan didirikan monumen Palagan di dusun Kurahan tepatnya di SD Kandangan I

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Pulerejo

Deskripsi :
Berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/batur persegi empat. Tertulis nama beberapa korban pertempuran.
Sejarah :
Dusun Pulerejo di serang tentara Belanda dan membumihanguskan rumah-rumah penduduk pada tanggal 7 Januari 1949, mengakibatkan 7 warga dusun Pulerejo gugur. Untuk memperingati peristiwa penyerbuan dan gugurnya warga ini, oleh masyarakat dusun Pulerejo dibangun monumen yang berisi 7 nama penduduk yang gugur dan diresmikan oleh Bupati Sleman Bapak Ibnu Subiyanto pada tanggal 17 Agustus 2002.
Penduduk yang gugur :
1. Amatrejo
2. Mulyorejo
3. Basir
4. Karmin
5. Suradiyo
6. Muhtoha
7. Sutinah.

Alamat : Pulerejo, Donokerto, Turi, Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Rejodani

Deskripsi :

berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/ batur persegi empat. Tertulis nama korban pertempuran.
Sejarah :

Dusun Rejodani dan daerah Ngaglik banyak terdapat markas-markar TP. Dusun Balong, Donoharjo, Ngaglik menjadi markas TP dibawah komando Kapten Martono (mantan Menteri Transmigrasi). Pada tanggal 29 Mei 1949 Belanda menyerang daerah ini. Berita rencana penyerangan dari bakul pasar. Kemudian atas inisiatif Sersan Suwarno dari Peleton III Batalyon 300 dan Kopral Harsono menghadang di daerah Ngetiran. Dalam pertempuran ini gugur 8 orang pejuang :

1. Kopral Harsono

2. Sersan Suwarno

3. FX. Sukapdi

4. Suroyo

5. Supranoto

6. Darjono

7. Sunarto

8. Alibajah

Alamat : Rejodani, Sariharjo, Ngaglik

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Sambilegi

Deskripsi : berbentuk tugu setinggi kurang lebih 1,5 meter, diatas batur seluas 16 meter. Dasar tugu merupakan alas berlapis tiga. Relief yang tertera pada tugu merupakan lambang laskar rakyat, yaitu obor yang menyala, bambu runcing dan senapan bersilang, padi dan kapas, serta dibingkai rantai yang tidak putus.
Sejarah : dalam upaya menghambat pergerakan pasukan Belanda dari pangkalan Adi Sucipto, laskar rakyat mengadakan perlawanan di dusun Sambilegi, Maguwoharjo. Dalam peristiwa ini telah gugur 10 orang pejuang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948
Monumen ini dibangun oleh Pemda Sleman untuk memperingati pertempuran yang terjadi di dusun Sambilegi tersebut.
Daftar yang gugur :
1. Bkri Laskar
2. Parto Surijo
3. Arjo Sentono
4. Harjo Sentono
5. Karso Pawiro
6. Kasan Pawiro
7. Sadinomo
8. Kariyo Loso
9. Basiro
10. Sastrohariono

Alamat : Dusun Sambilegi, Maguwoharjo, Kalasan

Sumber : www.tourismsleman.com

Monumen Sanggrahan

Deskripsi: tugu segi empat, berdiri di atas batur, dasar tugu merupakan alas berlapis tiga. Bagian depan tugu tertulis nama Kopral Samiyo.
Sejarah: Agressi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948 membuat Angakatan Muda Berbah (AMB) dan Pemerintah Militer Kecamatan (PMKT) mengadakan penyerbuan pada Belanda di Dusun Sanggrahan Tegaltirto Berbah. Sehingga meletuslah pertempuran. AMB dan PMKT adalah pasukan yang solid karena dilatih oleh Kadet Militer Akademi MA dari Kota Baru yang disebar ke desa-desa. Dalam hal ini AMB dipimpin oleh Subagyo.
Karena dusun Krikilan dan Sanggrahan dipandang oleh Belanda sangat rawan karena dekat dengan Pangkalan Udara Adisucipto maka selalu diadakan patroli. Bahkan Belanda bermaksud membumihanguskan desa tersebut. Namun perlawanan tetap dilanjutkan oleh pejuang kita walaupun kebutuhhan persenjataan serta logistik lainnya masih kurang. Setelah Belanda pergi dari Yogyakarta jumlah korban rakyat yang meninggal kurang lebih 52 orang, 96 rumah terbakar serta harta yang tak terhitung nilainya. Untuk mengenang para pahlawan dibangunlah monumen. Korban yang tertulis dalam monumen adalah Kopral Samiyo.

Alamat : Sanggrahan, Tegaltirto, Berbah, Sleman

Sumber : www.tourimsleman.com

Monumen Simon Slamet

Deskripsi Monumen :
Berupa bangunan di atas tanah seluas 400 mtr, berbentuk dinding empat persegi panjang di atas batur seluas 5 x 4 mtr , dengan atap bentuk joglo.
Makam Sdr. Simon Slamet terletak di sebelah kiri ( utara ) monumen, di atasnya dibangun atap ( cungkup ) dan ditancapkan bambu runcing dengan bendera Merah Putih. Sekeliling monumen di beri pagar berupa dinding batu bata setinggi 1 mtr.
Sejarah :
Monumen perjuangan ini didirikan sebagai peringatan atas gugurnya Simon Slamet dari laskar rakyat yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda di dusun Palagan Nganggrung pada tanggal 26 April 1949.
Peristiwa dilatarbelakangi oleh pertempuran yang terjadi pada hari Selasa Kliwon, sebelum peristiwa Daleman. Laskar rakyat dan tentara menyerang serdadu Belanda di Dusun Baratan dan wilayah Ngaglik. Penyerangan dimulai dengan tanda memukul kentongan yang bersahut-sahutan. Banyak jatuh korban di pihak Belanda.
Berdasarkan pengalaman ini, pihak Belanda pada hari Jum’at Kliwon tanggal 26 April 1949, waktu dini hari (subuh) mengecoh rakyat daerah Daleman, dengan cara memukul kentongan seolah tanda untuk mengajak rakyat menyerang Belanda. Masyarakat dusun Nganggrung, Daleman dan Nangsri tertipu, bergegas keluar rumah dengan senjata seadanya. Belanda sudah siaga di sepanjang rel lori di utara dusun Nganggrung dan menembaki rakyat. Bapak Simon Slamet yang berlari ke atas rel, karena tidak tahu keberadaan Belanda, ditembak dan gugur di tempat. Korban luka yaitu Bapak Soeyono yang tertembak di bagian kaki.
Bapak Simon Slamet dimakamkan di TPU dusun Daleman, kemudian pada tahun 1987 atas inisiatif warga dan sebagai penghargaan atas jasanya, makamnya dipindahkan di sebelah barat dusun Daleman dan dibuatkan monumen di atas tanah kas desa seluas + 400 m2.

Alamat : Daleman, Girikerto, Turi ,Sleman

Sumber : www.tourismsleman.com