Sebelah selatan Candi Sewu, terletak 16 Km kearah timur dari kota Yogyakarta atau berada di sisi utara jalan Yogya-Solo tepatnya berada di desa Karangasem kecamatan Bokoharjo kabupaten Sleman Yogyakarta, secara administratif candi Prambanan terletak diperbatasan antara kabupaten Klaten (Jawa Tengah) dan kabupaten Sleman (Yogyakarta).
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Jawa Tengah dengan ketinggian sekitar 47 m, namun seperti halnya dengan candi-candi yang lain, Candi Prambanan ditemukan kembali dalam keadaan runtuh dan hancur serta ditumbuhi semak belukar. Hal ini karena telah ditinggalkan manusia pendukungnya beratus-ratus tahun silam. Secara administratif kompleks candi ini berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Masyarakat sering menyebut candi ini dengan nama candi Larajonggrang, suatu sebutan yang sebenarnya keliru karena seharusnya Rara Jonggrang. Kata rara dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak gadis. Dalam cerita rakyat Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabhu Ratubaka yang namanya diabadikan sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi Prambanan. Dikisahkan dalam cerita tersebut ada seorang raksasa Bandung Bandawasa namanya. Ia mempunyai kekuatan supranatural dan ingin mempersunting putri Rara Jonggrang. Untuk itu dia harus membuat candi dengan seribu arca didalamnya dalam waktu satu malam. Permintaan tersebut dipenuhi oleh Bandung Bandawasa, namun Rara Jonggrang curang sehingga pada saat yang ditentukan candi itu belum selesai, kurang sebuah arca lagi. Bandung Bandawasa marah dan mengutuk putri Rara Jonggrang menjadi pelengkap arca yang keseribu. Arca tersebut dipercayai sebagai arca Durgamahisasuramardhini yang berada di bilik utara Candi Siwa. Yang jelas Durgamahisasuramardhini adalah istri Dewa Siwa.
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Ciwagrha dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, memang gugusan candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling dan dikitari oleh deretan cnadi perwara yang disusun bersap hanya Candi Prambanan. Demikian pula disebutkan semua candi perwara sama dalam bentuk dan ukuran. Hal lain yang menarik juga adalah 2 buah candi apit, masing-masing didekat pintu masuk utara dan selatan. Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Kelurak dan Bogem. Dengan demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Ciwagrha tentang gugusan candi tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.
Sifat keagamaan candi Prambanan yang Hinduistis itu antara lain dapat diketahui dari susunan pantheon atau arca-arca dan juga relief-relief cerita yang dipahatkannya. Empat dari 6 candi utama dan perwara yang ada dihalaman pertama di dalam bilik-biliknya terdapat arca. Candi Siwa memiliki 4 bilik, yaitu bilik utama menghadap ke timur berisi arca Siwa Mahadewa yang berdiri diatas yoni yang disangga oleh seekornaga. Arca Siwa Mahadewa ini adalah sentral dari pemujaan di Candi Prambanan. Bilik yang kedua di bagian selatan berisi arca Siwa Mahaguru; bilik ketiga disisi barat berisi arca Ganeca (anak Dewa Siwa) yang digambarkan bekepala gajah berbadan manusia. Bilik keempat disisi utara berisi arca durga Mahisasuramardhini yaitu arca Durga (cakti/istri Siwa) yang berhasil mengalahkan raksasa yang berwujud mahisa (lembu jantan). Arca tersebut digambarkan berdiri di atas punggung lembu jantan sambil tangannya menarik ekor lembu. Arca inilah yang dalam cerita rakyat dikenal sebagai arca Rarajonggrang, putri Prabhu Boko9. Tata letak arca-arca tersebut tidak lazim pada candi-candi India. Ada beberapa ahli berpendapat bahwa tata dewa-dewa di Candi Siwatersebut melambangkan struktur pemerintahan waktu itu. Dewa Siwa sebagai dewa utama menggambarkan raja yang berkuasa. Dewa Siwa Mahaguru melambangkan kaum pendeta yang menjadi penasihat spiritual raja. Dewa Ganeca sebagai dewa perang melambangkan kekuatan pertahanan, sedang Dewa Durga Mahisasuramardhini menggambarkan permaisuri raja yang senantiasa mendampingi raja. Di candi Wisnu hanya terdapat satu bilikdan berisi arca Dewa Wisnu, sedangkan bilik Candi Brahma berisi arca Dewa Brahma. Ketiga candi utama tersebut menghadap ke timur dan tiga candi didepannya (candi perwara) menghadap ke barat. Candi perwara yang ditengah (menghadap Candi Siwa), terdapat arca nandi, yaitu wahana (= kendaraan Dewa Siwa) sehingga lazim juga disebut candi Nandi. Adapun candi perwara lainnya karena tidak dijumpai arca di dalamnya, maka disebut Candi A dan B.
Seni hias yang sangat menarik di kompleks Candi Prambanan ini adalah hiasan-hiasan yang berupa relief arca dewa Lokapala (8 dewa penjaga arah mata angin) yang dipahatkan pada dinding luar kaki Candi. Disamping itu, juga terdapat relief cerita Ramayanadan Kresnayana. Relief Ramayana dipahatkan pada dinding dalam pagar langkan Candi Siwa di candi Brahma. Relief Kresnayana dipahatkan pada dinding dalam pagar langkan Candi Wisnu. Selain relief arca Dewa Lokapala, relief Ramayana, dan Kresnayana, seni hias di kompleks Candi Prambanan yang menonjol adalah hiasan yang lazim disebut motif prambanan, yaitu suatu hiasan pada batur candi yang berupa seekor singa yang dalam posisi duduk diapit oleh pohon kapaltaru (= pohon hayati/pohon kehidupan). Hiasan semacam ini hanya terdapat di candi Prambanan sehingga disebut dengan motif candi prambanan. Hiasan-hiasan lainnya yang banyak menghiasi dinding luar batur candi adalah pohon kalpataru yang diapit sepasang mahluk kayangan yang lazim disebut kinara-kinari (= mahluk berkepala manusia berbadan burung).
Secara garis besar data fisik tentang kompleks Candi Prambanan dapat diuraikan sebagai berikut : pada halaman pertama (paling sakral) terdapat 3 candi utama, 3 candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut/patok. Kesemua candi dihalaman utama tersebut telah berhasil direkonstruksi lagi sedangkan dari 224 candi perwara di halaman kedua, hanya beberapa candi perwara yang telah berhasil direkonstruksi. Saat ini baru dilakukan usaha-usaha untuk mencoba merekonstruksi beberapa candi perwara lainnya. Adapun ukuran masing-masing candi yang berhasil diketahui adalah : candi Siwa luasnya 34 x 34 meter ; tinggi 47 meter. Candi Brahma 20 x 20 meter ; tinggi 33 meter. Candi Wisnu 20 x 20 meter ; tinggi 33 meter. Candi Nandi 16,71 x 15,21 meter ; tinggi 27,06 meter. Candi A 14,37 x 14,37 meter ; tinggi 24,53 meter. Candi B 14,41 x 14,37 meter ; tinggi 24,36 meter.
Candi yang paling besar adalah candi Siwa yang mempunyai ketinggian 47 m, sedang yang lainnya adalah candi Brahma dan candi Wisnu yang letaknya di sebelah kanan dan kiri candi Siwa.
Di sekitar candi Prambanan dapat dikunjungi pula beberapa candi Budha seperti candi Sajiwan, candi Lumbung, candi Sewu dan candi Plaosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar