Deskripsi Monumen :
1. Berbentuk tugu dengan simbol topi baja, bambu runcing sebagai simbol laskar rakyat yang telah gugur. Didirikan di atas pondasi/batur persegi empat. Tertulis nama beberapa korban pertempuran.
2. Prasasti Kembangarum, dari batu andesit, berbentuk persegi panjang, posisi berdiri. Berisi tulisan bentuk puisi tentang perjuangan .
Sejarah :
Monumen ini memperingati terjadinya peristiwa pertempuran di dusun Kembangarum oleh Belanda yang menggempur dusun Kembangarum dari arah Medari dan Turi dengan mortir, tepatnya dari SMPN Turi yang pada waktu itu digunakan sebagai markas Belanda. Peristiwa ini terjadi tanggal 4 Januari 1949, hari Selasa Pahing. Kompi Batalyon 151 yang dipimpin Kapten FX. Haryadi dan KODM Turi menghadang pleton serdadu Belanda yang datang dari Medari, di utara dusun Kembangarum. Kemudian pasukan Belanda kewalahan, mundur ke selatan dan mendapat bantuan kemudian membalas serangan dengan mortir dari arah Medari dan Turi. Kompi 151 dan Kapt Haryadi lari ke arah dusun Tunggul dan gugur. Penduduk yang menjadi korban dan gugur di Kembangarum :
1. Sukitri
2. Pawiro Karyo
Rumah Bapak Wongsopawiro di dusun Randusongo, Donokerto, Turi pada waktu klass ke II digunakan sebagai markas Tentara Pelajar Detasement III Brigade XVII. Tentara Pelajar yang bermarkas di rumah ini a.l Bapak Martono ( mantan Menteri transmigrasi ) dan Bapak Kusdiyo.
Pada tanggal 21 Maret 1949 laskar Tentara Pelajar antara lain Bapak Martono, Bapak Kusdiyo dan kawan-kawan mendapat tugas menyerang ke kota. Kemudian terjadi pertempuran di dusun Gondanglutung, tentara TP terkepung dan dalam posisi terjepit, sehingga Bapak Kusdiyo gugur, sedang Bapak Martono terluka di bagian kepala. Bapak Kusdiyo dimakamkan di dusun Randusongo, Donokerto, Turi. Kemudian pada tanggal 18 Desember 1979 ( hari Selasa Pahing ) makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Jogjakarta.
Alamat : Dusun Randusongo, Donokerto, Turi, Sleman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar